Maya Exanti
A510120226
Analisis Seni Karawitan
Salah satu
bentuk kesenian daerah asli Jawa Tengah adalah Karawitan. Karawitan merupakan
seni musik daerah, baik vokal atau instrumental yang mempunyai klarifikasi dan
perkembangan dari daerahnya itu sendiri. Kata ngrawit yang
artinya suatu karya seni yang memiliki sifat-sifat yang halus, rumit, dan indah
(Soeroso: 1985,1986). Dari dua hal tersebut dapat diartikan bahwa seni
karawitan berhubungan dengan sesuatu yang halus, dan rumit. Kehalusan dan
kerumitan dalam seni karawitan tampak nyata dalam sajian gending maupun
asesoris lainnya. Tidak berbeda dengan bahasa manusia, Karawitan mempunyai
dialek dalam penyajian lagu-lagunya. Dialek karawitan (gaya penyajian lagu)
tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Gaya Surakarta
2.
Gaya Yogyakarta (Mataraman)
3.
Gaya Banyumasan
4.
Gaya Semarangan
5.
Gaya Jawa Timuran
Dari gaya
karawitan seperti tersebut diatas, yang paling banyak berkembag dan disajikan
adalah Gaya Surakarta. Dari karawitan Gaya Surakarta ini, berkembang menjadi karawitan
berciri khas lokal, seperti gaya sragen, Ngawi Madiun, Tuban Tulungagung dan sebagainya. Dilihat dari
cara penyajiannya, karawitan mempunyai tiga fungsi, yaitu:
- Ungkapan Jiwa
Fungsi ungkapan jiwa digunakan oleh
seniman untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam jiwanya.
- Apresiasi
Fungsi apresiasi tumbuh ketika
penonton telah selesai melihat pergelaran karawitan. Akan muncul di benak
penonton sebuah pengalaman baru setelah melihat pergelaran tersebut.
- Hiburan
Karawitan dapat berfungsi sebagai
hiburan jika seseorang dapat terhibur dan senang ketika memainkan atau melihat
pergelaran karawitan.
Dalam
pementasan karya musik yang ada di ISI Surakarta kemarin banyak hal yang dapat
kita nikmati dan pelajari, seperti permainan gamelannya, tehnik bernyanyi yang
di gunakan para sinden nya, kostum yang mereka gunakan, tata rias wajahnya,
tata rias panggung nya hingga tarian –tarian yang memper indah lagu.
Dari
yang saya lihat pada awal pementasan hari pertama, disana mereka menyajikan
tembang sekar macapat dengan cakepan dan pathet yang berbeda. Namun dari segi
kostum yang mereka gunakan hampir sama antara pementas satu dengan yang kedua.
Mereka menggunakan baju adat jawa tengah yaitu baju kebaya bagi perempuan lengkap
dengan kondenya sedangkan bagi yang laki – laki juga sama memakai baju adat
jawa.
Kemudian,
penampilan yang ketiga yang saya lihat adalah permainan gamelan yang pada saat
pementasannya ada peran wayang di dalamnya sedang berdialog. Dari dialog itulah
saya mulai tertarik dan menurut saya pementasan kali ini pesan dari pementasannya dapat tersampaikan oleh
pewayangan yang tampil saat itu. Berbeda dengan penyajian sekar macapat yang
sebelumnya, dimana saya tidak mengerti apa yang mereka sampaikan, apakah itu
berupa nasehat, ajaran, kritik, ungkapan cinta, do’a atau yang lainnya. Dari
segi kostum yang di gunakan jelas ada perbedaan dari yang sebelumnya. Dimana
pada pementasan kali ini juga di tambahi dengan kostum wayang yang di pakai
oleh beberapa orang. Kostum dan cara bergeraknya di sesuaikan dengan tokoh
wayang yang mereka perankan.
Pementasan
yang ke-2, yaitu pada hari Rabu 16 April 2014 merupakan pementasan yang ke dua
yang saya lihat di ISI Surakarta. Dimana dalam
pementasan kali ini tidak menampilkan tembang sekar macapat, namun pementasan
kali ini menampilkan drama. Dimana dalam drama yang pertama yang saya lihat,
yang menurut saya sendiri saya beri nama “Kluthekan”. Karena drama ini menampilkan percakapan
beberapa orang yang ada dalam sebuah angkringan. Dalam drama ini menampilkan
instrumen yang ritmis, dimana suara alat- alat yang di gunakan beradu dengan
baik. Seperti gelas yang di aduk. Suara meracik makanan dan lain sebagainya.
Pesan yang mereka sampaikan pun dapat di terima dengan baik dan tidak
menimbulkan kejenuhan kepada para penonton karena ada dagelan – dagelan yang di
lontarkan. Selain itu kostum dan tata tempat yang mereka gunakan itu sesuai
dengan suasana yang ada di angkringan sungguhan. Ada ibu – ibu yang memakai
celemek sebagai penjual angkringan. Ada bapak-bapak yang memakai serbet di
pundaknya sedang membuat es teh pesanan. Ada yang berbincang dengan pelanggan,
dsb. Pembawaan yang mereka mainkan sudah menjiwai dengan baik.
Selain
pementasan di atas, ada juga pementasan yang mengusung tema “Lewat Belakang”.
Ini merupakan pementasan mengenai rakyat miskin dan orang kaya yang ada
sekarang ini. Dimana orang miskin selalu terinjak dan orang kaya semakin kaya.
Apapun mudah di lakukan ketika menjadi orang kaya. Dalam pementasan ini, kostum
yang mereka gunakan memang sudah sesuai, namun yang kurang saya mengerti itu
adalah ketika ada alat yang di gunakan untuk mengelas dan alat itu dimainkan
hingga menimbulkan percikan – percikan api. Pementasan yang satu lagi
bertemakan “Galau”. Dimana dalam pementasan ini saya menyukai instrumennya,
karena terkadang membuat deg – degan namun terkadang terdengar tenang,
terkadang lirih dan sebagainya. Hal ini terasa sekali bahwa yang mereka sajikan
ini memang menggalaukan hati. Jadi tema yang mereka usung dapat tersampaikan
dengan baik. Dari segi kostum mereka simple, tidak ngejreng namun terkesan
kalem. Yang saya sukai dari pementasan yang ini adalah ketika mereka memainkan
air yang terdapat dalam sebuah bambu yang menimbulkan suara yang menyentuh,
menenangkan jiwa.
Manfaat yang dapat kita
peroleh dalam mempelajari berbagai aspek tentang karawitan antara lain, seni
karawitan mengajarkan bagaimana bersikap yang baik dengan orang lain. Cara
penabuh (niyaga) duduk membawakan gendhing-gendhing karawitan, semuanya
duduk bersila atau bersimpuh. Suatu keadaan sikap badan paling ideal dalam
berkomunikasi, baik antar sesama maupun kepada Yang Maha Kuasa. Selain itu
nilai-nilai kebersamaan dalam karawitan bisa terlihat dalam kekompakan membawakan
gendhing-gendhing karawitan. Kekompakan membawa nilai-nilai budaya yang luhur
yakni gotong-royong. Gotong royong dapat membantu kita dalam beradaptasi dengan
dunia sosial yang ada di sekitar kehidupan kita.gotong-royong merupakan salah
satu cermin kehidupan masyarakat sosial yang arif dan beradab. Masyarakat
Indonesia mempunyai peradaban yang luhur tampak pada kebiasan hidup masyarakat
yang mau bergotong-royong dan menyelesaikan suatu masalah. Suatu bentuk
peradaban yang tinggi dengan kerelaan mau membantu dan menolong sesama tanpa
pamrih yang mampu menciptakan kebersamaan dalam keserasian hidup. Masih banyak
manfaat yang bisa kita ambil jika kita benar-benar mau menekuni dan mendalami
berbagai kajian yang terdapat dalam pembelajaran seni karawitan, maka kita
harus dapat mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya bukan sekedar
mengetahui dan mengikuti saja. Jika kita telah mengkaji segala unsur di
dalamnya dan mendapatkan manfaat, kita harus mampu mempertanggung jawabkannya
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.
Sekian ulasan dari saya, kurang lebihnya
saya haturkan terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar