Selasa, 13 Mei 2014

makalah MANAJEMEN KELAS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
     Sekolah sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukan penjenjangan. Setiap kelas merupakan bentuk kerja yang terdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah sebagai total sistem atau satu kesautan organisasi, sangat tergantung pada penyelenggaraan dan pengelolaan kelas. Baik di lingkungan kelas masing-masing sebagai unit kerja yang terdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
     Oleh karena itu setiap guru kelas atau wali kelas sebagai pimpinan menengah (middle manager) atau administrator kelas, menempati posisi dan peranan yang penting, karena memikul tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas masing-masing yang berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan sekolah secara keseluruhan, setiap murid dan guru yang menjadi komponen penggerak aktivitas kelas, harus didayagunakan secara maksimal agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang dinamis didalam organisasi sekolah.
     Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah suatu proses dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam mencapai tujuan pengajaran maka diperlukan interaksi antara pendidik dengan anak didiknya. Pendidik berusaha mengatur lingkungan belajar bagi anak didik. Untuk itu bagi pendidik diperlukan pemilihan strategi dan metode mengajar yang tepat sehingga mampu mengelola kelas dengan baik agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar.
     Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. (Djamarah 2006:176)
     Pengelolaan kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu mengelola kelas dengan baik supaya tujuan pembelajaran kita tercapai serta dapat mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran.

B.     RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagi berikut:
1.        Apa pengertian pengelolaan kelas?
2.        Apa syarat-syarat dalam mengelola kelas dengan baik?
3.        Bagaimanakah karakter kreatif dari guru dan siswa dalam pengelolaan kelas?
4.        Ketrampilan apa saja yang harus dikuasai oleh guru agar ia mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan?
5.        Bagaimana indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru dalam mengelola kelas?

C.    TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui pengertian atau definisi pengelolaan kelas.
2.        Untuk mengetahui syarat-syarat dalam mengelola kelas dengan baik.
3.        Untuk mengetahui karakter kreatif dari guru dan siswa dalam pengelolaan kelas.
4.        Untuk mengetahui Ketrampilan yang harus dikuasai oleh guru agar ia mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
5.        Untuk mengetahui indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru dalam mengelola kelas.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Atau Definisi Pengelolaan Kelas
Ada lima definisi tentang pengelolaan kelas, yaitu:
     Definisi pertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi : pengelolaan kelas ialah seprangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
     Definisi kedua, bertolak belakang dengan definisi pertama diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif. Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaiknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembagan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Meskipun kedua pandangan diatas, pandangan otoritatif dan permisif, mempunyai sejumlah pengikut, namun keduanya dianggap kurang efektif bahkan kurang bertanggung jawab. Pandangan otoritatif adalah kurang manusiawi sedangkan pandangan permisif kurang realistik.
     Definisi ketiga, didasarkan pada prinsip-prinsip tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement). Definisi yang didasarkan pada pandangan ini dapat berbunyi : pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengemvbangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
     Definisi keempat, memandang pengelolaan kelas sebagi proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal didalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam kaitan ini definisi keempat dapat berbunyi : pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
     Definisi kelima, bertolah dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagi proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Definifi kelima berisi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas.
     Pengelolaan kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu mengelola kelas dengan baik supaya tujuan pembelajaran kita tercapai serta dapat mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses mengajar. Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran.
     Guru-guru perlu memahami dan memegang salah satu definisi tersebut diatas akan menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kegiatan guru didalam kelas dalam rangka mengelola kelasnya. Definisi yang lebih tepat bagi guru-guru kiranya adalah definisi yang pluratistik.

B.     Syarat-Syarat Dalam Mengelola Kelas Dengan Baik
Beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan menurut Ahmad (1997:35) adalah sebagai berikut:
1.      Tata Ruang Kelas. Pada prinsipnya sistem belajar yang kita anut di SD adalah sistem klasikal. Tetapi ada beberapa metode mengajar yang tidak selalu memakai sisten klasikal, misalnya metode eksperimen, diskusi kelompok, dan lain sebagainya. Dalam penataan ruang kelas, almari kelas dapat ditempatkan disamping papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat ditaruh dibelakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk penyimpan piagam,vandel, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi setempat. (Dirjen Dikti, 1996:18).
2.      Menata Perabot Kelas. Ahmad (2004:19) menyatakan “ perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan kelas”
Menurut Djauzak Ahmad (2004:20) perabot kelas meliputi : (a) papan tulis, (b) meja kursi guru, (c) meja kursi siswa, (d) almari kelas, (e) jadwal pelajaran, (f) papan absensi, (g) daftar piket kelas, (h) kalender pendidikan, (i) gambar-gambar, (j) tempat cuci tangan, (k) tempat sampah, (l) sapu dan alat pembersih lainnya, dan (m) gambar-gambar alat peraga.
Dari pendapat Ahmad dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Papan Tulis. Papan tulis harus cukup besar dan permukaan dasarnya harus rata.Warna dasar papan tulis yang mulai menipis atau belang harus segera di cat ulang. Papan tulis harus ditempatkan di depan dancukup cahaya. Penempatannya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga siswa yang duduk dibelakang masih melihat atau membaca tulisan yang paling bawah.
b.      Meja kursi Guru. Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standart yang ada, meja guru berlaci dan ada kuncinya, meja kursi guru ditempatkan di tempat strategis, misalnya di kanan atau di kiri papan tulis, supaya tidak menghalangi pandangan siswa ke papan tulis.
c.       Meja kursi Siswa. Meja kursi siswa ditata sedemikian rupa sehinggga dapat menciptakan kondidsi kelas yang menyenangkan, ukuran mejadan kursi disesuaikan dengan ukuran badan siswa dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku.
d.      Alamari Kelas. Alamari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis atau sebelah kiri atau kanan dinding bisa juga diletakkan di sebelah meja guru.
e.       Jadwal Pelajaran. Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat.
f.       Papan Absensi. Papan absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding samping kelas. Guru juga harus memiliki catatan daftar hadir siswa di buku khusus, karena daftar hadir di papan diganti setiap hari sesuai keadaan.
g.      Daftar Piket kelas. Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi.
h.      Kalender Pendidikan. Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat.
i.        Gambar-Gambar. Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambing burung Garuda Pancasila ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis, posisi penempatannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
j.        Tempat Cuci Tangan dan Lap Tangan. Tempat cuci tangan dan lap tangan diletakkan di depan kelas dekat pintu masuk.
k.      Tempat sampah. Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan dengan kebutuhan.

C.    Langkah-langkah Pengelolaan Kelas
Setidaknya ada delapan langkah yang harus dilakukan oleh guru agar mampu menguasai dan mengelola kelas dengan baik. Kedelapan langkah tersebut menurut Hunt dalam Dede Rosyada (2004: 183) yang dikutip oleh Ana Rosilawati (2008: 129-133), sebagai berikut..
1.      Persiapan yang cermat. Yang dimaksud persiapan yang cermat di sini adalah guru harus mengenali benar siswanya, karena mereka memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kemampuan mengerjakan tugas dengan cepat, dan ada pula yang lambat. Mereka yang memiliki kemampuan mengerjakan tugas dengan cepat, harus diberi aktitas lainnya. Ini dimaksudkan agar mereka yang cepat mengerjakan tugas, tidak mengganggu temannya yang sedang mengerjakan tugas.
2.      Tetap menjaga dan terus mengembangkan rutinitas. Agar siswa tidak selalu dibingungkan dengan gaya dan model penugasan yang terus berubah, tidak ada salahnya guru menjaga rutinitas. Kecepatan siswa memahami apa yang akan dilakukan gurunya, akan mampu mengurangi keributan di kelas.
3.      Bersikap tenang dan terus percaya diri. Dengan ketenangan dan kepercayaan diri yang tinggi, guru akan mampu mengendalikan siswa-siswanya, sehingga proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, karena dengan bersikap tenang dan percaya diri, guru tidak akan mudah panik dan kehilangan keseimbangan, serta tidak akan ragu ketika menghadapi siswa-siswanya.
4.      Bertindak dan bersikap professional. Seharusnya seorang guru harus bertindak dan bersikap profesional yang tidak hanya mampu melaksanakan tugas pokoknya, namun juga mampu melaksanakan hal-hal yang terkait denagn keberhasilan tugas pokok tersebut.
5.      Mampu mengenali prilaku yang tidak tepat. Dalam hal ini guru harus mampu mengenali perilaku tidak tepat dari siswa-siswanya, yakni dalam bentuk apa perilakunya, kapan akan muncul, dan apakah perilaku tersebut sudah memerlukan respon dari guru atau belum.
6.      Menghindari langkah mundur. Jika guru tidak bisa mengatasi gangguan kecil, sehingga gangguan itu terus membesar dan mengganggu siswa lainnya maka guru tidak boleh melangkah mundur.
Agar tidak melangkah mundur, maka guru harus melakukan hal-hal berikut:
a.       Tegur siswa yang melakukan perbuatan tidk benar dalam kelas, saat sudah mengganggu orang lain.
b.      Terus amati siswa yang diberi teguran agar tidak menimbulkan gangguan berikutnya.
c.       Gunakan otoritas terhadap siswa yang melakukan perlawanan, dengan mengedepankan aturan yang sudah disepakati bersama.
d.      Berikan bimbingan dan arahan pada siswa-siswa yang nakal diluar kelas, dan tidak mengganggu waktu belajar siswa-siswa yang lain.
e.       Tetap tenang dan penuh percaya diri ketika menghadapi dan menyelesaikan masalah siswa       di dalam kelas.
7.      Berkomunikasi dengan orang tua siswa secara efektif. Komunikasi yang baik dengan orang tua dapat membantu pengelolaan kelas, karena semua perlakuan guru terhadap siswanya memperoleh kepercayaan dari orang tuanya. Ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dengan orang tua siswa, apalagi kepada orang tua dari siswa yang bermasalah.
8.      Menjaga kemungkinan munculnya masalah. Agar terjaga dari kemungkinan ini, sebaiknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.       Penataan kelas secara fisik harus terlihat nyaman untuk belajar
b.      Kurikulum harus tersusun berbasis pada tingkat kemampuan siswa.
c.       Sikap guru yang tenang, antuasias, penuh optimistik, akrab, namun tetap menjaga wibawa    keguruannya.
d.      Kemampuan guru yang selalu menjadi harapan siswa dan mampu membuktikan bahwa dia dapat memenuhi harapan mereka.
e.       Sistem yang dikembangkan di sekolah mendukung bagi guru untuk mengembangkan pengelolaan kelas yang efektif, seperti sistem administrasi akademik memungkinkan guru untuk mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran, dan terkomunikasikan dengan baik pada orang tua siswa.
f.       Membuat perencanaan untuk hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak terduga.
g.      Penampilan mengajar yang dapat diterima semua siswa, kelas dikelola dengan baik, penyampaian guru yang jelas dan mudah dipahami, dan membuat suasana yang menyenangkan bagi semua orang di dalam kelas.

D.    Karakter Kreatif Dari Guru Dan Siswa Dalam Pengelolaan Kelas

Kreativitas dapat diartikan sebagai suatu proses mental yang dapat melahirkan gagasan-gagasan atau konsep-konsep baru. Menurut National Advisory Committees UK (1999), bahwa kreativitas memiliki empat karakteristik :
1.      Berfikir dan bertindak secara imajinatif
2.      Seluruh aktivitas imajinatif itu memiliki tujuan yang jelas
3.      Melalui suatu proses yang dapat melahirkan sesuatu yang orisinal
4.      Hasilnya harus dapat memberikan nilai tambah.
Dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menunjukkan keteladanannya sebagai sosok yang kreatif. Seorang guru yang kreatif tidak hanya dituntut memiliki keahlian dalam bidang akademik, namun lebih dari itu dituntut pula untuk dapat menguasai berbagai teknik yang dapat menstimulasi rasa keingintahuan sekaligus dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri setiap siswanya. Pembelajaran yang kreatif dapat dilihat dari dua sisi yaitu :
1.      Mengajar secara kreatif (creative teaching). Mengajar secara kreatif menggambarkan bagaimana guru dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang imajinatif sehingga kegiatan pembelajaran dapat semakin lebih menarik, membangkitkan gairah dan efektif
2.      Mengajar untuk kreativitas (teaching for creativity). Mengajar untuk kreativitas berkaitan dengan penggunaan bentuk-bentuk pembelajaran yang ditujukan untuk mengembangkan para siswa agar memiliki kemampuan berfikir dan berperilaku kreatif.
Contoh guru yang mempunyai karakter yang kreatif :
1.      Guru dapat menciptakan suasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual. Terkadang siswa punya banyak pertanyaan dibenaknya, tetapi ada semacam perasaan malu dan takut, dikira bodoh jika melontarkan pertanyaan. Sebagai guru, kerja keras kita salah satunya adalah menciptakan kelas yang memberi keamanan secara emosional bagi siswa. Tidak hanya itu, kelas yang membuat guru menjadi guru kreatif semestinya juga aman secara intelektual. Siswa tahu apa yang harus dikerjakan karena instruksi penugasan yang jelas oleh guru. Tidak hanya jelas tetapi juga menantang dengan demikian siswa bisa mengekspresikan kemampuanya dalam mengerjakan tugas yang guru berikan.
2.      Guru dapat mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan siswa dalam tugas yang ia berikan. Seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang aktif dalam pembelajaran dikelas yang diajarnya yang penuh alias 100 prsen. Artinya, misalkan seorang guru mengajar selama 40 menit, maka selama 40 menit itu pulalah siswa belajar dengan aktif dan terlibat penuh dalam pembelajaran
3.      Guru dapa menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan betul. Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang mempunyai jawaban yang banyak. Bandingkan dengan jenis pertanyaan yang hanya mempunyai satu jawaban. Hal yang terjadi siswa akan berlomba menjawab dengan benar dengan segala cara, termasuk mencontek misalnya.
Sebagai guru budayakan pola perdebatan atau percakapan akademis dikelas. Saat mendengarkan teman mereka berbicara dan berargumen, merea akan belajar memilih dan membandingkan pendekatan atau cara yang orang lain lakukan untuk menjawab sebuah masalah yang guru berikan.
Menurut Robert J Sternberg, seorang siswa dikatakan memiliki kreativitas di kelas manakala mereka senantiasa menunjukkan :
1.      merasa penasaran dan memiliki rasa ingin tahu, mempertanyakan dan menantang serta tidak terpaku pada kaidah-kaidah yang ada
2.      memiliki kemampuan berfikir lateral dan mampu membuat hubungan-hubungan diluar hubungan yang lazim
3.      memimpikan tentang sesuatu, dapat membayangkan, melihat berbagai kemungkinan, bertanya dan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda
4.      mengeksplorasi berbagai pemikiran dan pilihan, memainkan idenya, mencobakan alternatif-alternatif dengan melalui pendekatan yang segar, memelihara pemikiran yang terbuka dan memodifikasi pemikirannya untuk memperoleh hasil yang kreatif
5.      merefleksi secara kritis atas setiap gagasan, tindakan dan hasil-hasil, meninjau ulang kemajuan yang telah dicapai, mengundang dan memanfaatkan umpan balik, mengkritik secara konstruktif dan dapat melakukan pengamatan secara cerdik.
Ciri karakter siswa yang kreatif yaitu siswa yang memiliki ciri-ciri :
1.      penuh energy
2.      mempunyai prakarsa
3.      percaya diri
4.      sopan
5.      rajin
6.      melaksanakan pekerjaan pada waktunya
7.      sehat
8.      berani dalam berpendapat
9.      mempunyai ingatan baik
10.  ulet

E.     Ketrampilan Yang Harus Dikuasai Oleh Guru Agar Ia Mampu Mencapai Tujuan Pembelajaran Yang Diinginkan
     Komponen-komponen ketrampilan yang harusdimiliki oleh seorang guru dalam mengelola kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu ketrampilan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan ketrampilan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1.      Ketrampilan penciptaan pemeliharaan kondisi belajar.
a.       Sikap tanggap, sikap ini dapat dilakukan dengan cara:
·         Memandang secara seksama, memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerjasama dan menunjukkan rasa persahabatan.
·         Geraka mendekati, gerak guru adalah posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberkan terhadap tugas serta aktivitas anak didik. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan hukuman.
·         Memberi pertanyaan, pertanyaan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain.
·         Memberi reaksi terhadap gangguan dan kekacauan, teguran perlu diberikan oleh guru jika suasana kelas tidak tenang. Teguran guru memberikan tanda bahwa guru ada kerjasama anak didik. Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tepat pula, sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku.
b.      Membagi perhatian
·         Visual, guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatika kegiatan pertama sedemikian rupa sehingga ia dapat melirik ke kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan yang pertama. Kontak pandangan ini bisa dilakukan terhadap kelompok anak didik atau anak didik secara individual.
·         Verbal, gurudapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktifitas anak didik pertama sementara ia memimpin dan terlibat supervise pada aktifitas anak didik yang lain.
c.       Pemusatan perhatian kelompok
·         Memberi tanda, dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan, atau topik dengan memilih anak secara rendom untuk meresponnya.
·         Pertanggungan jawab, guru meminta pertanggung jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap kegiatan sendiri, maupun kegiatan kelompoknya. Misalnya dengan meminta kepada anak didik untuk memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.
·         Pengarahan dan petunjuk yang jelas, guru harus seringkali memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak didik. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas, kepada kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan tujuan yang jelas.
·         Penghentian, tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau dihindari. Yang diperlukan disini adalah guru dapat menanggulangi terhadap anak didik yang nyata-nyata melanggar dan mengganggu untuk aktif dalam kegiatan dikelas.
·         Penguatan, untuk menanggulangi anak didik yang mengganggu atau tidak melakukan tugas, dapat dilakukan dengan memberikan penguatan yang dipilih sesuai dengan masalahnya.
·         Kelancaran, kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar sebagai indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di kelas.
·         Kecepatan (pacing), kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang dicapai anak didik dalam pelajaran.
2.      Ketrampilan pengembangan kondisi belajar.
·         Modifikasi Tingkah Laku, guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengimplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
·         Pendekatan pemecahan masalah kelompok, guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas mengusahakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas, memelihara kegiatan-kegiatan kelompok memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflikyang timbul.
·         Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang emnimbulkan masalah, guru dapat menggunakan seperangkat arah untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta beruasaha untuk menemukan pemecahannya.

F.     Indikator Yang Dapat Dijadikan Sebagai Tolak Ukur Kesuksesan Guru Dalam Mengelola Kelas
     Ada beberapa  indikator yang bisa digunakan sebagai tolak ukur bahwa pengelolaan kelas dapat dikatakan berhasil adalah sebagai berikut:
1.        Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas.
2.        Sebagai guru jika anda pulang kerumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
3.        Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secar bersamaan dan lain-lain) dan rutinitas kelas ( apa yang siswa lakukan secra otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi ketoilet dan lain-lain). Ini merupakan prosedur kelas bukan peraturan kelas.
4.        Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
5.        Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.
6.        Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa dipelajari.









BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
     Pengelolaan kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu mengelola kelas dengan baik supaya tujuan pembelajaran kita tercapai serta dapat mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses mengajar. Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran.

B.     SARAN
     Saran yang ingin kami sampaikan dalam makalah ini adalah kita sebagai calon guru setidaknya dan seharusnya tahu apa itu arti pengelolaan atau management kelas agar kita tahu gambaran yang ahrus dipersiapkan sebelum atau setelah pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran itu tercapai secara efisien dan sukses. Kemudian yang perlu ditekankan kepada guru sekarang adalah lebih arti pengelolaan. Banyak guru sekarang sudah lupa dan mulai pudar akan definisi pengelolaan kelas. Mereka mengganggap mengajar ya mengajar saja, seharusnya dari konteks pembelajaran yang sukses adalah tahu masing-masing karakter dari setiap siswa, dari latar belakang mereka sehingga apabila ada suatu kendala kita mampu mengatasinya dengan cara pendekatan secara emosionallah yang mampu menyelesaikan masalah tersebut.















DAFTAR PUSTAKA

Kosasi, Raflis. 2005. Efektifitas Pengelolaan Kelas. Jakarta: Viva Pakarindo
Soetjipto. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Sudrajat, Akhmad. 2008. “Kreativitas di Sekolah”. Dalam Akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/18/kreativitas-di-sekolah/ (diakses tanggal 08 Mei 2014)
Sampurno, Agus. 2009. “Diskusi Aktif Dari Guru Kreativ”. Dalam gurukreatif.wordpress.com/2009/03/31/5-cara-menjadi-guru-yang-kreatif/ (diakses tanggal 08 Mei 2014)
Moma, La. 2011. “Kemampuan Berfikir Kreatif Mahasiswa”. Dalam p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatif-matematik/ (diakses tanggal 08 Mei 2014)