BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sekolah sebagai organisasi kerja
terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukan
penjenjangan. Setiap kelas merupakan bentuk kerja yang terdiri sendiri dan
berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai
total sistem. Pengembangan sekolah sebagai total sistem atau satu kesautan
organisasi, sangat tergantung pada penyelenggaraan dan pengelolaan kelas. Baik
di lingkungan kelas masing-masing sebagai unit kerja yang terdiri sendiri
maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Oleh karena itu setiap guru kelas
atau wali kelas sebagai pimpinan menengah (middle
manager) atau administrator kelas, menempati posisi dan peranan yang
penting, karena memikul tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas
masing-masing yang berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan sekolah secara
keseluruhan, setiap murid dan guru yang menjadi komponen penggerak aktivitas
kelas, harus didayagunakan secara maksimal agar sebagai suatu kesatuan setiap
kelas menjadi bagian yang dinamis didalam organisasi sekolah.
Kegiatan belajar mengajar yang
melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah suatu proses dalam mencapai
tujuan pengajaran. Dalam mencapai tujuan pengajaran maka diperlukan interaksi
antara pendidik dengan anak didiknya. Pendidik berusaha mengatur lingkungan
belajar bagi anak didik. Untuk itu bagi pendidik diperlukan pemilihan strategi
dan metode mengajar yang tepat sehingga mampu mengelola kelas dengan baik agar
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien dalam proses belajar
mengajar.
Keharmonisan hubungan guru dan
anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk
interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru
lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. (Djamarah 2006:176)
Pengelolaan kelas adalah berbagai
kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu mengelola kelas dengan
baik supaya tujuan pembelajaran kita tercapai serta dapat mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sedangkan untuk
pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan
secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagi berikut:
1.
Apa pengertian pengelolaan kelas?
2.
Apa syarat-syarat dalam mengelola kelas dengan baik?
3.
Bagaimanakah karakter kreatif dari guru dan siswa dalam pengelolaan kelas?
4.
Ketrampilan apa saja yang harus dikuasai oleh guru agar ia mampu mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan?
5.
Bagaimana indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru
dalam mengelola kelas?
C. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian atau definisi pengelolaan kelas.
2.
Untuk mengetahui syarat-syarat dalam mengelola kelas dengan baik.
3.
Untuk mengetahui karakter kreatif dari guru dan siswa dalam pengelolaan
kelas.
4.
Untuk mengetahui Ketrampilan yang harus dikuasai oleh guru agar ia mampu
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
5.
Untuk mengetahui indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur
kesuksesan guru dalam mengelola kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Atau Definisi Pengelolaan Kelas
Ada lima definisi tentang pengelolaan kelas, yaitu:
Definisi pertama, memandang bahwa
pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan
ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan
memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan.
Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai
sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi :
pengelolaan kelas ialah seprangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas.
Definisi kedua, bertolak belakang
dengan definisi pertama diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang
bersifat permisif. Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah
memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa
untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaiknya
berarti guru menghambat atau menghalangi perkembagan anak secara alamiah.
Dengan demikian, definisi kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah
seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Meskipun kedua pandangan
diatas, pandangan otoritatif dan permisif, mempunyai sejumlah pengikut, namun
keduanya dianggap kurang efektif bahkan kurang bertanggung jawab. Pandangan
otoritatif adalah kurang manusiawi sedangkan pandangan permisif kurang
realistik.
Definisi ketiga, didasarkan pada
prinsip-prinsip tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini
pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa.
Peranan guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku
yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari
tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari
teori penguatan (reinforcement). Definisi yang didasarkan pada pandangan ini
dapat berbunyi : pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk
mengemvbangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau
meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Definisi keempat, memandang
pengelolaan kelas sebagi proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif
didalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar
akan berkembang secara maksimal didalam kelas yang beriklim positif, yaitu
suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci.
Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas
yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam
kaitan ini definisi keempat dapat berbunyi : pengelolaan kelas ialah
seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik
dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
Definisi kelima, bertolah dari
anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process)
sebagai intinya. Dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian,
kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti
terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagi proses individual.
Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang
efektif. Definifi kelima berisi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan
guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas.
Pengelolaan kelas adalah berbagai
kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu mengelola kelas dengan
baik supaya tujuan pembelajaran kita tercapai serta dapat mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses mengajar. Sedangkan untuk
pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan
secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran.
Guru-guru perlu memahami dan
memegang salah satu definisi tersebut diatas akan menjadi pedoman bagi tingkah
laku dan kegiatan guru didalam kelas dalam rangka mengelola kelasnya. Definisi
yang lebih tepat bagi guru-guru kiranya adalah definisi yang pluratistik.
B. Syarat-Syarat Dalam Mengelola Kelas Dengan Baik
Beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan
menurut Ahmad (1997:35) adalah sebagai berikut:
1.
Tata Ruang
Kelas. Pada prinsipnya sistem belajar yang kita anut di SD adalah sistem
klasikal. Tetapi ada beberapa metode mengajar yang tidak selalu memakai sisten
klasikal, misalnya metode eksperimen, diskusi kelompok, dan lain sebagainya. Dalam
penataan ruang kelas, almari kelas dapat ditempatkan disamping papan tulis atau
disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat ditaruh dibelakang
kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk penyimpan
piagam,vandel, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot kelas dapat
dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi setempat. (Dirjen Dikti,
1996:18).
2.
Menata Perabot
Kelas. Ahmad (2004:19) menyatakan “ perabot kelas adalah segala sesuatu
perlengkapan yang harus ada dan diperlukan kelas”
Menurut Djauzak Ahmad (2004:20) perabot kelas meliputi : (a) papan tulis, (b)
meja kursi guru, (c) meja kursi siswa, (d) almari kelas, (e) jadwal pelajaran,
(f) papan absensi, (g) daftar piket kelas, (h) kalender pendidikan, (i) gambar-gambar,
(j) tempat cuci tangan, (k) tempat sampah, (l) sapu dan alat pembersih lainnya,
dan (m) gambar-gambar alat peraga.
Dari pendapat Ahmad dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Papan Tulis.
Papan tulis harus cukup besar dan permukaan dasarnya harus rata.Warna dasar
papan tulis yang mulai menipis atau belang harus segera di cat ulang. Papan
tulis harus ditempatkan di depan dancukup cahaya. Penempatannya tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga siswa yang duduk dibelakang masih
melihat atau membaca tulisan yang paling bawah.
b.
Meja kursi Guru.
Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standart yang ada, meja guru
berlaci dan ada kuncinya, meja kursi guru ditempatkan di tempat strategis,
misalnya di kanan atau di kiri papan tulis, supaya tidak menghalangi pandangan
siswa ke papan tulis.
c.
Meja kursi
Siswa. Meja kursi siswa ditata sedemikian rupa sehinggga dapat
menciptakan kondidsi kelas yang menyenangkan, ukuran mejadan kursi disesuaikan
dengan ukuran badan siswa dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku.
d.
Alamari Kelas.
Alamari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis atau sebelah kiri atau
kanan dinding bisa juga diletakkan di sebelah meja guru.
e.
Jadwal
Pelajaran. Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat.
f.
Papan Absensi. Papan
absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding samping kelas. Guru
juga harus memiliki catatan daftar hadir siswa di buku khusus, karena daftar
hadir di papan diganti setiap hari sesuai keadaan.
g.
Daftar Piket
kelas. Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi.
h.
Kalender
Pendidikan. Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat.
i.
Gambar-Gambar.
Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambing burung Garuda Pancasila
ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis, posisi penempatannya
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
j.
Tempat Cuci
Tangan dan Lap Tangan. Tempat cuci tangan dan lap tangan diletakkan di
depan kelas dekat pintu masuk.
k.
Tempat sampah.
Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan
dengan kebutuhan.
C. Langkah-langkah
Pengelolaan Kelas
Setidaknya ada
delapan langkah yang harus dilakukan oleh guru agar mampu menguasai dan
mengelola kelas dengan baik. Kedelapan langkah tersebut menurut Hunt dalam Dede
Rosyada (2004: 183) yang dikutip oleh Ana Rosilawati (2008: 129-133), sebagai
berikut..
1.
Persiapan yang cermat. Yang
dimaksud persiapan yang cermat di sini adalah guru harus mengenali benar
siswanya, karena mereka memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki
kemampuan mengerjakan tugas dengan cepat, dan ada pula yang lambat. Mereka yang
memiliki kemampuan mengerjakan tugas dengan cepat, harus diberi aktitas
lainnya. Ini dimaksudkan agar mereka yang cepat mengerjakan tugas, tidak
mengganggu temannya yang sedang mengerjakan tugas.
2.
Tetap menjaga dan terus
mengembangkan rutinitas. Agar siswa tidak selalu dibingungkan dengan gaya dan
model penugasan yang terus berubah, tidak ada salahnya guru menjaga rutinitas.
Kecepatan siswa memahami apa yang akan dilakukan gurunya, akan mampu mengurangi
keributan di kelas.
3.
Bersikap tenang dan terus percaya
diri. Dengan ketenangan dan kepercayaan diri yang tinggi, guru akan mampu
mengendalikan siswa-siswanya, sehingga proses pembelajaran akan berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan, karena dengan bersikap tenang dan percaya diri,
guru tidak akan mudah panik dan kehilangan keseimbangan, serta tidak akan ragu
ketika menghadapi siswa-siswanya.
4.
Bertindak dan bersikap
professional. Seharusnya seorang guru harus bertindak dan bersikap profesional
yang tidak hanya mampu melaksanakan tugas pokoknya, namun juga mampu
melaksanakan hal-hal yang terkait denagn keberhasilan tugas pokok tersebut.
5.
Mampu mengenali prilaku yang
tidak tepat. Dalam hal ini guru harus mampu mengenali perilaku tidak tepat dari
siswa-siswanya, yakni dalam bentuk apa perilakunya, kapan akan muncul, dan
apakah perilaku tersebut sudah memerlukan respon dari guru atau belum.
6.
Menghindari langkah mundur. Jika
guru tidak bisa mengatasi gangguan kecil, sehingga gangguan itu terus membesar
dan mengganggu siswa lainnya maka guru tidak boleh melangkah mundur.
Agar tidak melangkah mundur, maka guru harus melakukan hal-hal berikut:
a.
Tegur siswa yang melakukan
perbuatan tidk benar dalam kelas, saat sudah mengganggu orang lain.
b.
Terus amati siswa yang diberi
teguran agar tidak menimbulkan gangguan berikutnya.
c.
Gunakan otoritas terhadap siswa
yang melakukan perlawanan, dengan mengedepankan aturan yang sudah disepakati
bersama.
d.
Berikan bimbingan dan arahan pada
siswa-siswa yang nakal diluar kelas, dan tidak mengganggu waktu belajar
siswa-siswa yang lain.
e.
Tetap tenang dan penuh percaya
diri ketika menghadapi dan menyelesaikan masalah siswa
di dalam kelas.
7.
Berkomunikasi dengan orang tua
siswa secara efektif. Komunikasi yang baik dengan orang tua dapat membantu
pengelolaan kelas, karena semua perlakuan guru terhadap siswanya memperoleh
kepercayaan dari orang tuanya. Ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman dengan orang tua siswa, apalagi kepada orang tua dari siswa yang
bermasalah.
8.
Menjaga kemungkinan munculnya
masalah. Agar terjaga dari kemungkinan ini, sebaiknya guru melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a.
Penataan kelas secara fisik harus
terlihat nyaman untuk belajar
b.
Kurikulum harus tersusun berbasis
pada tingkat kemampuan siswa.
c.
Sikap guru yang tenang,
antuasias, penuh optimistik, akrab, namun tetap menjaga wibawa
keguruannya.
d.
Kemampuan guru yang selalu
menjadi harapan siswa dan mampu membuktikan bahwa dia dapat memenuhi harapan
mereka.
e.
Sistem yang dikembangkan di
sekolah mendukung bagi guru untuk mengembangkan pengelolaan kelas yang efektif,
seperti sistem administrasi akademik memungkinkan guru untuk mengembangkan
berbagai inovasi pembelajaran, dan terkomunikasikan dengan baik pada orang tua
siswa.
f.
Membuat perencanaan untuk hal-hal
atau kejadian-kejadian yang tidak terduga.
g.
Penampilan mengajar yang dapat
diterima semua siswa, kelas dikelola dengan baik, penyampaian guru yang jelas
dan mudah dipahami, dan membuat suasana yang menyenangkan bagi semua orang di
dalam kelas.
D. Karakter Kreatif Dari Guru Dan Siswa Dalam Pengelolaan Kelas
Kreativitas dapat diartikan sebagai suatu proses
mental yang dapat melahirkan gagasan-gagasan atau konsep-konsep baru. Menurut
National Advisory Committees UK (1999), bahwa kreativitas memiliki empat
karakteristik :
1.
Berfikir dan bertindak
secara imajinatif
2.
Seluruh aktivitas
imajinatif itu memiliki tujuan yang jelas
3.
Melalui suatu proses
yang dapat melahirkan sesuatu yang orisinal
4.
Hasilnya harus dapat
memberikan nilai tambah.
Dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus
menunjukkan keteladanannya sebagai sosok yang kreatif. Seorang guru yang
kreatif tidak hanya dituntut memiliki keahlian dalam bidang akademik, namun
lebih dari itu dituntut pula untuk dapat menguasai berbagai teknik yang dapat
menstimulasi rasa keingintahuan sekaligus dapat menumbuhkan rasa percaya diri
dan harga diri setiap siswanya. Pembelajaran yang kreatif dapat dilihat dari
dua sisi yaitu :
1.
Mengajar secara kreatif
(creative teaching). Mengajar secara kreatif
menggambarkan bagaimana guru dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang
imajinatif sehingga kegiatan pembelajaran dapat semakin lebih menarik,
membangkitkan gairah dan efektif
2.
Mengajar untuk
kreativitas (teaching for creativity). Mengajar
untuk kreativitas berkaitan dengan penggunaan bentuk-bentuk pembelajaran yang
ditujukan untuk mengembangkan para siswa agar memiliki kemampuan berfikir dan
berperilaku kreatif.
Contoh
guru yang mempunyai karakter yang kreatif :
1.
Guru
dapat menciptakan suasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan
intelektual. Terkadang siswa punya banyak pertanyaan
dibenaknya, tetapi ada semacam perasaan malu dan takut, dikira bodoh jika
melontarkan pertanyaan. Sebagai guru, kerja keras kita salah satunya adalah
menciptakan kelas yang memberi keamanan secara emosional bagi siswa. Tidak
hanya itu, kelas yang membuat guru menjadi guru kreatif semestinya juga aman
secara intelektual. Siswa tahu apa yang harus dikerjakan karena instruksi
penugasan yang jelas oleh guru. Tidak hanya jelas tetapi juga menantang dengan
demikian siswa bisa mengekspresikan kemampuanya dalam mengerjakan tugas yang
guru berikan.
2.
Guru
dapat mengukur dengan hati, seberapa besar keterlibatan siswa dalam tugas yang
ia berikan. Seorang guru harus mampu menciptakan
suasana kelas yang aktif dalam pembelajaran dikelas yang diajarnya yang penuh alias
100 prsen. Artinya, misalkan seorang guru mengajar selama 40 menit, maka selama
40 menit itu pulalah siswa belajar dengan aktif dan terlibat penuh dalam
pembelajaran
3.
Guru
dapa menciptakan budaya menjelaskan, bukan budaya asal menjawab dengan betul. Ciri-ciri sebuah pertanyaan yang baik adalah
pertanyaan yang mempunyai jawaban yang banyak. Bandingkan dengan jenis
pertanyaan yang hanya mempunyai satu jawaban. Hal yang terjadi siswa akan
berlomba menjawab dengan benar dengan segala cara, termasuk mencontek misalnya.
Sebagai guru budayakan pola perdebatan atau
percakapan akademis dikelas. Saat mendengarkan teman mereka berbicara dan
berargumen, merea akan belajar memilih dan membandingkan pendekatan atau cara
yang orang lain lakukan untuk menjawab sebuah masalah yang guru berikan.
Menurut
Robert J Sternberg, seorang siswa dikatakan memiliki kreativitas di kelas
manakala mereka senantiasa menunjukkan :
1.
merasa
penasaran dan memiliki rasa ingin tahu, mempertanyakan dan menantang serta
tidak terpaku pada kaidah-kaidah yang ada
2.
memiliki
kemampuan berfikir lateral dan mampu membuat hubungan-hubungan diluar hubungan
yang lazim
3.
memimpikan
tentang sesuatu, dapat membayangkan, melihat berbagai kemungkinan, bertanya dan
melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda
4.
mengeksplorasi
berbagai pemikiran dan pilihan, memainkan idenya, mencobakan
alternatif-alternatif dengan melalui pendekatan yang segar, memelihara
pemikiran yang terbuka dan memodifikasi pemikirannya untuk memperoleh hasil
yang kreatif
5.
merefleksi
secara kritis atas setiap gagasan, tindakan dan hasil-hasil, meninjau ulang
kemajuan yang telah dicapai, mengundang dan memanfaatkan umpan balik,
mengkritik secara konstruktif dan dapat melakukan pengamatan secara cerdik.
Ciri
karakter siswa yang kreatif yaitu siswa yang memiliki ciri-ciri :
1.
penuh
energy
2.
mempunyai
prakarsa
3.
percaya
diri
4.
sopan
5.
rajin
6.
melaksanakan
pekerjaan pada waktunya
7.
sehat
8.
berani
dalam berpendapat
9.
mempunyai
ingatan baik
10. ulet
E. Ketrampilan Yang Harus Dikuasai Oleh Guru Agar Ia Mampu Mencapai Tujuan Pembelajaran
Yang Diinginkan
Komponen-komponen ketrampilan
yang harusdimiliki oleh seorang guru dalam mengelola kelas ini pada umumnya
dibagi menjadi dua bagian, yaitu ketrampilan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan ketrampilan pengembangan
kondisi belajar yang optimal.
1.
Ketrampilan penciptaan pemeliharaan kondisi belajar.
a. Sikap tanggap, sikap ini dapat
dilakukan dengan cara:
·
Memandang secara seksama, memandang secara seksama dapat mengundang dan
melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru untuk
bercakap-cakap, bekerjasama dan menunjukkan rasa persahabatan.
·
Geraka mendekati, gerak guru adalah posisi mendekati kelompok kecil atau
individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberkan terhadap
tugas serta aktivitas anak didik. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara
wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan hukuman.
·
Memberi pertanyaan, pertanyaan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh
anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang
lain.
·
Memberi reaksi terhadap gangguan dan kekacauan, teguran perlu diberikan
oleh guru jika suasana kelas tidak tenang. Teguran guru memberikan tanda bahwa
guru ada kerjasama anak didik. Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat
dan sasaran yang tepat pula, sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan
tingkah laku.
b. Membagi perhatian
·
Visual, guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatika kegiatan
pertama sedemikian rupa sehingga ia dapat melirik ke kegiatan kedua, tanpa
kehilangan perhatian pada kegiatan yang pertama. Kontak pandangan ini bisa
dilakukan terhadap kelompok anak didik atau anak didik secara individual.
·
Verbal, gurudapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan
sebagainya terhadap aktifitas anak didik pertama sementara ia memimpin dan
terlibat supervise pada aktifitas anak didik yang lain.
c. Pemusatan perhatian kelompok
·
Memberi tanda, dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada
perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya
menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan objek,
pertanyaan, atau topik dengan memilih anak secara rendom untuk meresponnya.
·
Pertanggungan jawab, guru meminta pertanggung jawaban anak didik atas
kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai
anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap kegiatan sendiri, maupun
kegiatan kelompoknya. Misalnya dengan meminta kepada anak didik untuk
memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.
·
Pengarahan dan petunjuk yang jelas, guru harus seringkali memberikan
pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran
kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak didik.
Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas, kepada
kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan tujuan yang jelas.
·
Penghentian, tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau
dihindari. Yang diperlukan disini adalah guru dapat menanggulangi terhadap anak
didik yang nyata-nyata melanggar dan mengganggu untuk aktif dalam kegiatan
dikelas.
·
Penguatan, untuk menanggulangi anak didik yang mengganggu atau tidak
melakukan tugas, dapat dilakukan dengan memberikan penguatan yang dipilih
sesuai dengan masalahnya.
·
Kelancaran, kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar sebagai
indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang
diberikan di kelas.
·
Kecepatan (pacing), kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan
yang dicapai anak didik dalam pelajaran.
2.
Ketrampilan pengembangan kondisi belajar.
·
Modifikasi Tingkah Laku, guru menganalisis tingkah laku anak didik yang
mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku
tersebut dengan mengimplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
·
Pendekatan pemecahan masalah kelompok, guru dapat menggunakan pendekatan
pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas mengusahakan
terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas, memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan
menangani konflikyang timbul.
·
Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang emnimbulkan masalah, guru dapat
menggunakan seperangkat arah untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang
muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatuhan
tingkah laku tersebut serta beruasaha untuk menemukan pemecahannya.
F. Indikator Yang Dapat Dijadikan Sebagai Tolak Ukur Kesuksesan Guru Dalam
Mengelola Kelas
Ada beberapa indikator yang bisa digunakan sebagai tolak ukur
bahwa pengelolaan kelas dapat dikatakan berhasil adalah sebagai berikut:
1.
Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas.
2.
Sebagai guru jika anda pulang kerumah tidak dalam keadaan yang sangat
lelah.
3.
Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan
terjadi contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secar
bersamaan dan lain-lain) dan rutinitas kelas ( apa yang siswa lakukan secra
otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi ketoilet dan lain-lain). Ini
merupakan prosedur kelas bukan peraturan kelas.
4.
Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur,
sebab prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
5.
Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.
6.
Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu,
sedangkan disiplin bisa dipelajari.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengelolaan kelas adalah berbagai
kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru agar mampu mengelola kelas dengan
baik supaya tujuan pembelajaran kita tercapai serta dapat mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses mengajar. Sedangkan untuk
pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan sengaja kita lakukan dan
secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran.
B. SARAN
Saran yang ingin kami sampaikan
dalam makalah ini adalah kita sebagai calon guru setidaknya dan seharusnya tahu
apa itu arti pengelolaan atau management kelas agar kita tahu gambaran yang
ahrus dipersiapkan sebelum atau setelah pembelajaran agar tujuan dari
pembelajaran itu tercapai secara efisien dan sukses. Kemudian yang perlu
ditekankan kepada guru sekarang adalah lebih arti pengelolaan. Banyak guru
sekarang sudah lupa dan mulai pudar akan definisi pengelolaan kelas. Mereka
mengganggap mengajar ya mengajar saja, seharusnya dari konteks pembelajaran
yang sukses adalah tahu masing-masing karakter dari setiap siswa, dari latar
belakang mereka sehingga apabila ada suatu kendala kita mampu mengatasinya
dengan cara pendekatan secara emosionallah yang mampu menyelesaikan masalah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Kosasi, Raflis. 2005. Efektifitas
Pengelolaan Kelas. Jakarta: Viva Pakarindo
Soetjipto. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Sudrajat,
Akhmad. 2008. “Kreativitas di Sekolah”. Dalam Akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/18/kreativitas-di-sekolah/ (diakses tanggal 08 Mei 2014)
Sampurno, Agus. 2009.
“Diskusi Aktif Dari Guru Kreativ”. Dalam gurukreatif.wordpress.com/2009/03/31/5-cara-menjadi-guru-yang-kreatif/ (diakses tanggal 08 Mei 2014)
Moma, La. 2011.
“Kemampuan Berfikir Kreatif Mahasiswa”. Dalam p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatif-matematik/ (diakses tanggal 08 Mei 2014)